Dreamer!

Sunday 11 June 2017

Yang Tak Pernah Kau Sadari

[Yang Tak Pernah Kau Sadari]

Ada cemasku yang membumbung tinggi ketika tak ada kabar tentangmu. Atau balasan pada pesanku—aku yang takut jika pergimu terlalu cepat.

Ada harap yang selalu ku sembunyikan lewat mata. Setidaknya agar kau melihat aku yang tak ingin begitu saja dihiraukan—biarkan aku tetap ada dan menjadi sebabmu tertawa.

Ada inginku yang sederhana tentang kedekatan kita; Tak peduli seberapa sering kau hilang lalu kembali, tak masalah kau melakukan apapun di luar sana yang tak aku tahu. Sebab duniamu tak mesti ku batasi dalam berbagai hal. Hanya satu yang entah membuatmu berpikir atau tetap mendiamkan; Sedalam apa aku kau tempatkan?
Hanya itu, tak lebih. Karena aku sadar, dekat tak harus terikat.

Ada tangisku yang selalu tersamarkan senyum. Berusaha menjadi kuat dengan luka yang ada. Berusaha terlihat tak ada apapun meski tetes air mata itu turun dengan sendirinya. Ketika puncak kecewamu terjadi. Marahmu melahirkan benci, sakitku terulang lagi—berilah aku cara agar bisa mengertimu lebih jauh lagi.

Ada maaf yang selalu mudah kuberi. Walau begitu banyak hujatan bodoh memenuhi isi kepalaku. Aku yang lemah, aku yang terlalu tolol atau keras kepala mempertahankan apa yang seharusnya sudah jauh kutinggalkan.
Haruskah aku terus mendengarkan mereka agar kau benar-benar melihat?—aku yang tak memberimu sekat dan kau yang tak pernah memberiku tempat.

Ada jemari yang sebenarnya tak sanggup menuliskan ini. Seluruh rasaku tumpah dalam setiap kata. Detak nadiku fasih mengeja luka, dan lagi—linang air mata terlanjur menghadiahkan sakit. Bahwa kenyataan sampai saat ini semua yang kutulisi tak pernah kau sadari.

—Indra. R (Phosphenous)