Dreamer!

Saturday 6 December 2014

Aku Menunggu Kebahagianku Bersamamu



            Aku tak mengerti dengan perasaan yang sudah mendalam ini. Apakah ini sebuah cinta? Ralat. Apakah ini memang benar-benar cinta? Atau hanya perasaan kasihan terhadapnya saja? Aku bingung bagaimana menafsirkan tentang perasaan ini. Kebimbangan hati ini. Kegelisahan terhadap apa yang sedang kurasakan.
           Lima bulan bukan waktu yang singkat. Banyak cerita. Banyak kenangan. Banyak hal yang kita lewati bersama. Banyak pengalaman yang sudah ku lakukan dalam hal ini. Tentang kita. Antara kita.
            Kamu yang mengajarkan tentang artinya cinta yang nyata. Kamu yang telah membuat bahagia ini nyata. Seutas senyum dipagi hari, ingatan akan hal yang mungkin tak pernah ku dapatkan. Perhatian yang mungkin pernah kurasakan tapi tak senyata ini.
         Setidaknya kamu memang benar-benar nyata dalam hidupku saat ini. Setidaknya kamu memang benar-benar ada, benar ku rasakan, bukan sekedar mimpi.
          Canda tawa yang kita lewati selama lima bulan ini belum begitu berarti kalau kamu tak pernah memperjuangkan cinta kita. Cinta yang terhalang oleh jarak.
            Oke, Depok tak terlalu jauh untukku. Hanya sekitar 2 jam untuk menempuhnya. Tapi, apakah harus aku melulu yang mengunjungimu? Sedangkan kamu disana hanya menungguku sembari menyeruput kopi dingin yang sering kau lakukan saat duduk di sofa ruang tamu mu?
            Pertemuan kesekian kali kita, apakah aku melulu yang berjuang melawan panasnya kota Depok dan derasnya hujan disertai angin kencang? Apakah kau tak menyadari bagaimana perjuanganku untuk menyambut rindu kita? Rindu yang perlahan menghancurkan hubungan kita. Rindu yang selalu menggebu untuk minta dipertemukan? Pernahkah kamu memikirkan akan hal itu?
            Aku mengerti kamu. Selalu mengerti kamu. Kesibukkan sekolahmu yang tinggal menghitung bulan saja, yang sedang dihadapi oleh berbagai ujian-ujian dan penambahan materi disekolahmu, yang sudah sedikit melupakanku yang selalu merindu, menunggu kabar dari mu. Menunggu setiap chat yang biasanya selalu mengudara, membuat simpul dibibir ini merekah. Tapi....apakah sekarang, aku masih bisa merasakannya?
            Kealfaanmu setiap ucapan pagi yang membuat aku kecewa, sesaat aku membuka mataku dan melihat layar handphone ku tak tertulis namamu lagi. Entahlah, aku lelah dengan perasaan ini. Sebenarnya aku lelah. Tapi aku tak bisa jujur kepadamu tentang apa kelelahan yang sedang kurasakan ini. Aku tak ingin merusak hubungan kita. Hanya itu.
            Kalau pun ingin mengakhiri akupun tak bisa. Perasaan sakit selalu timbul disaat aku merasakan hal itu. Aku tak bisa kehilanganmu. Aku tak mau pergi darimu. Sekalipun itu.
            Aku teringat perkataan sahabat-sahabat ku yang harus menjuhkanmu, yang katanya kamu hanya parasit dihidupku. Yang hanya meminta kebahagianku, tidak dengan kesedihanku. Aku mohon, jangan katakan itu......
            Aku percaya, kesabaran ini akan membuahkan hasil yang sudah setimpal dari apa yang telah aku rasakan. Walaupun saat ini kamu hanya bisa memberikan kesetian, cinta, kasih sayang dan kepercayaan untukku, aku akan bersabar pasti aku bisa merasakan apa yang orang lain akan rasakan. Aku hanya bersabar suatu saat aku bisa mendapatkannya lebih dari itu.
            Aku akan menunggu setiap moment dihidupku. Aku menunggu kebahagianku bersamamu. Aku menunggu kita.... ketika aku dan kamu sama-sama berjuang melawan jarak dan sama-sama mempertahankan yang harus dipertahankan.
            Aku percaya lima bulan ini pasti akan membuahka hasil sesuai dengan apa yang selama ini aku impikan.