Lanjutan dari drama “Maaf ku telah temukan penggantimu”
“Hallo, Key! Pasti baru bangun
deh. Ih males banget sih jadi cewek. Masa kalah sama Ayam yang sudah berkokok
dari tadi,” Dia mengumpatku dengan sebuah sindiran seperti itu. Dimas. Iya! Dia
orangnya. Baru seminggu kami menjalin hubungan. Dimas adalah pengganti Remi.
Walau sesungguhnya aku belum bisa mencintai Dimas. Karena masih ada Remi
dihatiku. “Ah, kamu cerewet. Perasaan..
Yang cewek kan aku!” Seruku tak kalah.
Semenjak
pacaran, kita berkomitmen untuk memanggil dengan aku-kamu. Kata dia sih biar
romantis. Tapi, tetap saja. Hal ini tuh sangat biasa. Malah kalau kataku ini
lebih terlihat norak.
“Yaudah.
Cepat bangun. Mandi, solat habis itu siap-siap kesekolah. Pokoknya nanti aku
jemput kamu harus sudah siap lho ya. Oh iya, jangan lupa sarapan!” Seperti kebiasaannya selama seminggu ini dia selalu menyuruhku
melakukan aktivitas seperti ini. Padahal ini baru jam 5 lho. Biasanya sebelum
ada dia aku bangun jam 6 kok. Dan semua itu terlaksankan. Ya.. walaupun
akhirnya aku terlambat masuk kelas.
“Iya.
Ih kamu bawel deh,” Kataku frontal. Memang benar sih. Kecerewetan dia itu bisa
mengalahi Bunda kalau lagi ngomel-ngomel dirumah. Entahlah.. mungkin itu yang
disebut dengan perhatian.
Akhirnya, dengan bermalas-malasan aku bergegas untuk
menuju kamar mandi. Aku baru sadar bahwa aku masih memakai baju seragam. Uh!
Kegiatan disekolah semakin hari semakin membuat aku telat pulang, membuat aku
telat makan. Sampai-sampai membuat aku menjadi tak mandi sore. Dan biasanya
kalau sudah pulang diatas jam 7 aku langsung tidur hingga tak sadarkan diri
sampai ada gangguan telepon dari Dimas.
Ya.
Mungkin bisa dibilang setiap waktu. Setiap jam lah tepatnya. Dimas selalu SMS
atau menelepon ku. Walaupun pertanyaannya itu-itu saja. Sampai-sampai aku
terlalu bosan untuk membalasnya.
Sungguh!
Dimas beda sekali dengan Remi. Walaupun Remi sering SMS dan nelepon seperti
Dimas juga, tapi rasanya tuh beda. Aku juga tidak mengerti. Padahal Remi belum
jadi kekasihku. Sedangkan Dimas, sudah menjadi kekasihku sekarang. Tapi,
sungguh! Lebih senang jika aku mendapat SMS dari Remi. Entahlah.. kamu Remi
yang dibilang cinta pertama tuh susah dilupakan!
“Key!
Aku sudah didepan pntu gerbang.” Dimas mengirimiku SMS. Tuhkan, Dimas memang
tepat waktu sekali orangnya. Padahal, aku baru dua suap sarapan nasi goreng
bikinan Bunda. Tanggung lah. Akhirnya ku diam kan saja SMS itu dan aku
melanjutkan makan yang lezatku ini.
Sudah
sekitar 5 menit. Pasti SMS dari Dimas lagi. “Key, kamu dimana? Aku udah di
depan rumah.” Tuhkan! Benar sekali. Pasti SMS dari Dimas lagi. Yasudahlah,
kuniatkan untuk pamit dengan Ayah dan Bunda. Tidak lupa untuk menggoda adikku.
Satria. Yang sudah seminggu dia tak ingin berbicara kepada ku lagi. “Dek, mau
bareng gue gak? Kita naik bertiga yuk. Kayak kemarin,” Kataku berbicara dengan Satria.
Tetapi dia hanya bertatapan sinis. Mugkin dia masih kesal dengan aku. Duh..
harus bagaimana lagi aku meluluhkan hatinya agar kayak dulu kembali? Remi..
Hanya kamu yang bisa, membuat Satria luluh. Remi, bantu aku…
“Hmm,
gak! Satria tetap sama Ayah! Gak ada alasan. Pokoknya tetap sama Ayah sampai
dia mau berubah!” seru Bunda dengan tegas. Bunda memang masih menghukum Satria
seperti itu. Dirumah Satria selalu disindir oleh Bunda terus. Aduh, aku jadi
kasihan melihat dia seperti sangat dikekang banget sama Bunda. “Iya, Bun!
Yaudah Bun. Key, pamit ya. Dimas udah nungguin diluar dari tadi tuh.” Aku
berpamitan dengan Bunda. Dan tak lupa Ayah yang sedari tadi sedang asyik
memakai sepatu yang sudah kesempitan itu. Dan aku menyalami mereka berdua,
sebagai aku tanda aku meminta restu untuk disekolah. “Salam Key bat Dimas.
Jangan ngebut-ngebut.” Pesan dari Bunda.
Bunda
dan Ayah sudah tau kalau aku dan Dimas sudah resmi memiliki hubungan cinta.
Mereka setuju-setuju saja, asalakan semuanya diluar batasan.
“Ih
lama banget sih kamu! Ngapain dulu?” Sungguh! Aku baru kali ini bertemu dengan
cowok yang sangat cerewet melebihi seorang wanita. Biasanya teman cowokku tidak
secerewt ini deh. Walaupun akunya kebiasaan terlambat untuk ngapa-ngpain. “Iya,
maaf sayang. Tadi kamu SMS aku masih sarapan.” Akhrinya aku mengalah atas
kecerewetan dia tadi. Ya! Kata dia kalau salah satu dari kami jika memang
bersalah harus mengakuinya. Jika waktunya harus mengalah ya.. mengalah. Biar
makin langgeng katanya sekaligus memperhatikan ego masing-masing.
No comments:
Post a Comment