Dreamer!

Saturday, 16 February 2013

Izinkan aku Memiliki kesempatan itu lagi Part 1


Lanjutan dari drama “Maaf ku telah temukan penggantimu”

“Hallo, Key! Pasti baru bangun deh. Ih males banget sih jadi cewek. Masa kalah sama Ayam yang sudah berkokok dari tadi,” Dia mengumpatku dengan sebuah sindiran seperti itu. Dimas. Iya! Dia orangnya. Baru seminggu kami menjalin hubungan. Dimas adalah pengganti Remi. Walau sesungguhnya aku belum bisa mencintai Dimas. Karena masih ada Remi dihatiku. “Ah, kamu cerewet. Perasaan..  Yang cewek kan aku!” Seruku tak kalah.
                Semenjak pacaran, kita berkomitmen untuk memanggil dengan aku-kamu. Kata dia sih biar romantis. Tapi, tetap saja. Hal ini tuh sangat biasa. Malah kalau kataku ini lebih terlihat norak.
                “Yaudah. Cepat bangun. Mandi, solat habis itu siap-siap kesekolah. Pokoknya nanti aku jemput kamu harus sudah siap lho ya. Oh iya, jangan lupa sarapan!” Seperti kebiasaannya  selama seminggu ini dia selalu menyuruhku melakukan aktivitas seperti ini. Padahal ini baru jam 5 lho. Biasanya sebelum ada dia aku bangun jam 6 kok. Dan semua itu terlaksankan. Ya.. walaupun akhirnya aku terlambat masuk kelas.
                “Iya. Ih kamu bawel deh,” Kataku frontal. Memang benar sih. Kecerewetan dia itu bisa mengalahi Bunda kalau lagi ngomel-ngomel dirumah. Entahlah.. mungkin itu yang disebut dengan perhatian.
                Akhirnya,  dengan bermalas-malasan aku bergegas untuk menuju kamar mandi. Aku baru sadar bahwa aku masih memakai baju seragam. Uh! Kegiatan disekolah semakin hari semakin membuat aku telat pulang, membuat aku telat makan. Sampai-sampai membuat aku menjadi tak mandi sore. Dan biasanya kalau sudah pulang diatas jam 7 aku langsung tidur hingga tak sadarkan diri sampai ada gangguan telepon dari Dimas.
                Ya. Mungkin bisa dibilang setiap waktu. Setiap jam lah tepatnya. Dimas selalu SMS atau menelepon ku. Walaupun pertanyaannya itu-itu saja. Sampai-sampai aku terlalu bosan untuk membalasnya.
                Sungguh! Dimas beda sekali dengan Remi. Walaupun Remi sering SMS dan nelepon seperti Dimas juga, tapi rasanya tuh beda. Aku juga tidak mengerti. Padahal Remi belum jadi kekasihku. Sedangkan Dimas, sudah menjadi kekasihku sekarang. Tapi, sungguh! Lebih senang jika aku mendapat SMS dari Remi. Entahlah.. kamu Remi yang dibilang cinta pertama tuh susah dilupakan!
                “Key! Aku sudah didepan pntu gerbang.” Dimas mengirimiku SMS. Tuhkan, Dimas memang tepat waktu sekali orangnya. Padahal, aku baru dua suap sarapan nasi goreng bikinan Bunda. Tanggung lah. Akhirnya ku diam kan saja SMS itu dan aku melanjutkan makan yang lezatku ini.
                Sudah sekitar 5 menit. Pasti SMS dari Dimas lagi. “Key, kamu dimana? Aku udah di depan rumah.” Tuhkan! Benar sekali. Pasti SMS dari Dimas lagi. Yasudahlah, kuniatkan untuk pamit dengan Ayah dan Bunda. Tidak lupa untuk menggoda adikku. Satria. Yang sudah seminggu dia tak ingin berbicara kepada ku lagi. “Dek, mau bareng gue gak? Kita naik bertiga yuk. Kayak kemarin,” Kataku berbicara dengan Satria. Tetapi dia hanya bertatapan sinis. Mugkin dia masih kesal dengan aku. Duh.. harus bagaimana lagi aku meluluhkan hatinya agar kayak dulu kembali? Remi.. Hanya kamu yang bisa, membuat Satria luluh. Remi, bantu aku…
                “Hmm, gak! Satria tetap sama Ayah! Gak ada alasan. Pokoknya tetap sama Ayah sampai dia mau berubah!” seru Bunda dengan tegas. Bunda memang masih menghukum Satria seperti itu. Dirumah Satria selalu disindir oleh Bunda terus. Aduh, aku jadi kasihan melihat dia seperti sangat dikekang banget sama Bunda. “Iya, Bun! Yaudah Bun. Key, pamit ya. Dimas udah nungguin diluar dari tadi tuh.” Aku berpamitan dengan Bunda. Dan tak lupa Ayah yang sedari tadi sedang asyik memakai sepatu yang sudah kesempitan itu. Dan aku menyalami mereka berdua, sebagai aku tanda aku meminta restu untuk disekolah. “Salam Key bat Dimas. Jangan ngebut-ngebut.” Pesan dari Bunda.
                Bunda dan Ayah sudah tau kalau aku dan Dimas sudah resmi memiliki hubungan cinta. Mereka setuju-setuju saja, asalakan semuanya diluar batasan.
                “Ih lama banget sih kamu! Ngapain dulu?” Sungguh! Aku baru kali ini bertemu dengan cowok yang sangat cerewet melebihi seorang wanita. Biasanya teman cowokku tidak secerewt ini deh. Walaupun akunya kebiasaan terlambat untuk ngapa-ngpain. “Iya, maaf sayang. Tadi kamu SMS aku masih sarapan.” Akhrinya aku mengalah atas kecerewetan dia tadi. Ya! Kata dia kalau salah satu dari kami jika memang bersalah harus mengakuinya. Jika waktunya harus mengalah ya.. mengalah. Biar makin langgeng katanya sekaligus memperhatikan ego masing-masing.

No comments:

Post a Comment